JAKARTA, KOMPAS.com - Preservasi atau perbaikan Jalan Bypass Banjarmasin di Kalimantan Selatan (Kalsel) menggunakan teknologi berbasis kearifan lokal.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Kalsel Syauqi Kamal menyampaikan, sejumlah titik konstruksi preservasi dipancangkan Cerucuk Galam sepanjang 4,7 meter dengan jarak 25 cm.
Hal tersebut dilakukan karena kondisi jalan yang berdiri di lahan gambut dengan kondisi muka air cukup tinggi.
Kayu pohon Galam banyak tumbuh di area gambut Banjarmasin dan menjadi teknologi kearifan lokal sebagai pondasi bangunan.
Menurut Syauqi, pengaplikasian cerucuk kayu Galam ini jauh lebih singkat dan lebih murah dibandingkan metode PVD atau Prevabricated Vertical Drain. PVD sendiri telah digunakan di konstruksi Tol Trans Jawa.
"Kita tanam di bawah, lalu kita kasih timbunan dan geotextile. Kemudian kita jadikan badan jalan di atasnya," jelasnya dikutip dari laman Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR.
Baca juga: Menilik Sederet Teknologi dalam Pembangunan Jalan Lingkar Brebes-Tegal
PT Wijaya Karya dan PT Pandji KSO selaku pelaksana konstruksi juga akan mengantisipasi potensi banjir di kemudian hari.
Caranya dengan meninggikan sejumlah titik ruas jalan, menambah drainase, serta memaksimalkan aliran sungai yang terdekat.
Pekerjaan preservasi Bypass Banjarmasin telah dimulai sejak November 2020, dan targetnya kelar Desember 2022.
Mencakup pekerjaan jalan sepanjang 27 Km yang terdiri dari rehabilitasi mayor sepanjang 419 meter, rehabilitasi minor sepanjang 3,2 km.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.